Berjuang Demi Pendidikan Kristen hingga ke Luar Negeri

Posted on Dec 13, 2021

Apa jadinya dua pekerjaan yang dianggap berat dilakukan secara bersamaan? Contohnya saja seperti mendidik dan memimpin. Di satu sisi, kita harus mengajar dan membimbing anak-anak dengan kepribadian yang berbeda-beda. Di sisi lain, kita juga punya tanggung jawab memimpin suatu perusahaan. Eits, belum cukup sampai disitu. Gimana jadinya kalau semua itu harus dikerjakan di luar negara kita sendiri? Membayangkannya saja mungkin sudah membuat sebagian dari kita melambaikan tangan dan berkata, “Gak kuat!”. Hebatnya, ternyata ada lho alumnus UK Petra jurusan Arsitektur angkatan 1992 yang menjalani proses ini. Ya, sosok tersebut adalah Ferry Yang, PhD. Pria yang lahir 46 tahun silam ini memenuhi panggilan Tuhan untuk melayani di bidang Pendidikan Kristen dengan menjalankan karir sebagai kepala sekolah dan guru di Sully Christian School yang berlokasi di Sully, Iowa, USA; serta mendirikan Yang Academy – perusahaan konsultasi bidang Pendidikan yang melayani sekolah, gereja, orang tua, remaja, dan anak-anak.

Ferry Yang, PhD

 

Kisah hebat Ferry dimulai pada tahun 2015, dimana Ferry memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan mendirikan Yang Academy bersama sang istri setelah sebelumnya selama 2 tahun menjadi gembala di Neerlandia Christian Reformed Church – salah satu gereja di Kanada. Tiga tahun kemudian, Ferry dikontak oleh salah satu pencari bakat dari Amerika dan menawarkannya untuk menjadi kepala sekolah di Sully Christian School – sekolah Kristen yang menyediakan layanan untuk kelas Pra TK hingga kelas 8 (SMP 2). Karena kesempatan mungkin tidak akan datang untuk kedua kalinya, Ferry dengan mantap mencobanya dan berhasil melewati beberapa proses interview. Sekolah tersebut akhirnya mengundang Ferry untuk berkunjung ke Amerika dan ia secara resmi diterima pada bulan Oktober 2018. Sayangnya, Ferry masih perlu mengurus visa imigrasi yang memakan waktu 1.5 tahun. Dengan penyertaan dan pimpinan Tuhan, Ferry sekeluarga akhirnya berhasil berangkat pada April 2020, yang dimana juga merupakan tahun terjadinya COVID-19 sehingga mengharuskannya menjalani karantina mandiri selama 14 hari. Terhitung sejak Mei 2020, Ferry resmi menjadi kepala sekolah dan guru di Sully Christian School.

Acara bersama di SCS
Acara Musik di SCS

 

Sebagai kepala sekolah, Ferry memiliki tanggung jawab besar dalam memajukan sekolah dengan memonitor dan mengembangkan kurikulum, mengevaluasi guru, menjadi liaison kepada orang tua, hingga mengarahkan marketing sekolah. Ia pun juga memiliki peran untuk mengajar Bible, Writing, dan STEM (Science, Technology, Engineering, and Math) program untuk anak grade 5-8. Di luar waktu kerja di Sully, Ferry pun masih setia mengelola Yang Academy – usaha yang ia rintis dari nol – walaupun tidak bisa full-time dan tatap muka. Ia pun juga masih rajin membuat konten seputar Pendidikan yang kerap ia upload di Instagram dan Youtube, serta menjadi pembicara di acara talk show radio di Reformed Media Center Surabaya setiap minggu. Cintanya terhadap dunia Pendidikan Kristen pun bahkan membuatnya berhasil menerbitkan dua buku. Buku pertama berjudul “Pendidikan Kristen” yang diterbitkan oleh Momentum, dimana membahas tentang landasan teologis dan filosofis Pendidikan Kristen. Buku kedua berjudul “Pendidikan Nasional Indonesia: Quo Vadis?” yang diterbitkan oleh Media Cipta Nusa, membahas prinsip-prinsip Pendidikan yang baik secara umum serta kritikan terhadap Pendidikan nasional yang mengalami kekacauan dan berdampak pada SDM secara negatif.

Saat ditanya apa yang meyakinkan Ferry menerima pekerjaan yang mengharuskannya meninggalkan negara sendiri, ia menjawab, “Semuanya karena pimpinan Tuhan”. Ya, Tuhan seperti membukakan pandangan Ferry terhadap sekolah-sekolah Kristen disana, dimana satu-persatu mulai berguguran karena kalah bersaing dengan sekolah negeri yang sekuler, lebih kaya, lebih besar, dan lebih modern. Bahkan, banyak orang Kristen yang mengirim anaknya ke sekolah negeri karena faktor ‘gratis’ dan menawarkan lebih banyak peluang dalam karir dan studi lanjut walaupun mereka harus mengorbankan iman. “Ini tantangan yang berat’, ujar Ferry. Bagaimana tidak, Tuhan memberikan Ferry misi besar untuk mampu menarik kembali dan mendidik generasi untuk tetap setia menjadi agen Tuhan. Namun satu hal yang pasti bagi Ferry, selama ia masih bisa dipakai Tuhan untuk melayani Dia, ia akan tetap melakukannya dengan bahagia.

Pencapaian Ferry ini tentu tidak datang secara instan. Setelah menyelesaikan studi di UK Petra, Ferry rela bolak-balik Indonesia - luar negeri demi memenuhi dan memperdalam panggilannya di Pendidikan Kristen. Mulai dari melanjutkan studi S2 di Calvin Theological Seminary jurusan Educational Ministry dan S3 di Trinity International University bidang Educational Studies; mengajar di beberapa perguruan tinggi seperti UK Petra, Sekolah Teologi Alkitab Surabaya, dan Sekolah Teologi Reformed Injili Surabaya; meneruskan gelar M.Div di Calvin Theological Seminary; hingga dipanggil menjadi gembala di gereja luar negeri.

Dalam menjalankan karirnya, Ferry mengaku UK Petra telah memberi bekal yang sangat berguna baginya. "Kelas Agama Kristen sangat berguna membangun fondasi teologis dan iman saya.  Berpikir kritis dan kreatif pun juga sangat berguna di dalam seluruh aspek karir saya.  Sebagai kepala sekolah, salah satu tugas saya adalah memikirkan fungsi bangunan untuk mendukung proses belajar mengajar sehingga latar belakang arsitek sangat membantu dan berguna bagi saya", ulasnya. Ferry pun juga berpesan untuk mahasiswa dan rekan lain yang sedang berjuang dalam bentuk apapun, “Berakarlah di dalam firman Tuhan. Ilmu pengetahuan dapat dengan mudah diganti, digeser, dirubah; karir bisa berganti, berpindah, tidak cocok; tetapi iman kepada Tuhan yang akan membantu kalian di setiap tantangan dan kesulitan sebab Tuhan adalah Tuhan yang dapat dipercaya dan Dia mengasihi kalian semua”.

Tetap semangat dan teruslah menjadi saluran Tuhan hingga ke ujung dunia, Ferry. Kami UK Petra akan selalu mendukung dan menanti cerita hebat lain darimu. **