Bicara Kasih Lewat Aksi

Posted on Sep 11, 2020

“Saya adalah seorang yang sangat dikasihi Tuhan —untuk itu, saya bersyukur.” – Takim Andriono

Nama Takim Andriono, Ph.D. pastinya tidak asing bagi mereka yang berkecimpung di dunia teknik sipil Indonesia. Alumnus Prodi Teknik Sipil UK Petra ini kerap disebutkan bersama alumni lainnya. Salah satunya oleh Prof. Ir. Benjamin Lumantarna, M.Eng., Ph.D., yang menyebutkan nama Takim sebagai seseorang yang menjadi berkat untuk UK Petra (lihat kutipannya di sini: http://petra.id/ProfBen).

Sebenarnya, siapakah sosoknya? 

Takim berkunjung ke Wamena, Papua
(sumber: dok. pribadi)

Sempat ingin masuk PTN, Takim dituntun Tuhan ke Teknik Sipil UK Petra dan menjadi saluran berkat. 

Awalnya, kuliah di Prodi Teknik Sipil UK Petra bukan pilihan pertama Takim. “Ketika lulus SMA saya berharap bisa kuliah di PTN (perguruan tinggi negeri, red.). Tetapi Tuhanlah yang mengarahkan saya untuk kuliah di UK Petra,” kisahnya. Sembari berkuliah, Takim menjalani kesibukan ala mahasiswa pada umumnya. Ia pernah tergabung dalam redaksi GENTA (majalah universitas, red.), juga mewakili UK Petra mengikuti kompetisi Mahasiswa Teladan se-Kopertis (Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta, red.) wilayah Jawa Timur. Bahkan sebelum lulus, ia mencari pengalaman dengan mendirikan usaha kontraktor kecil-kecilan bersama tiga rekannya. 

Selepas lulus, Takim sempat menjadi asisten dosen dan staf di Pusat Penelitian UK Petra. Atas jasa Ir. Gideon Hadi Kusuma, M.Eng. dan dukungan rektor menjabat Ir. O. F. Patty, Takim mendapatkan kesempatan studi lanjut ke New Zealand tahun 1985. “Selama masa studi itu saya memperoleh kesempatan untuk mengenal Tuhan semakin dekat,” tuturnya. Ia juga sangat beruntung, berkesempatan diajar dan dibimbing oleh guru besar dunia di bidang seismic design of structures, misalnya Prof. Park dan Prof. Paulay

Pulang dari studi lanjut, Takim memimpin Pusat Penelitian dan Pengembangan UK Petra sembari menjadi dosen Prodi Teknik Sipil. Ia juga merintis Continuing Education Center (CEC). Tak sampai di sana, Takim diberikan tanggung jawab lebih. Ia diminta menjadi Pembantu Rektor (sekarang Wakil Rektor, red.) Bidang IV (Bidang Pengembangan dan Kerjasama) pada 1994, Bidang I (Akademik) pada 1998, bahkan menjadi Pejabat Rektor UK Petra tahun 2001 sampai terpilihnya rektor yang baru. Tak lupa, Takim terus berkontribusi di bidang teknik sipil, melakukan berbagai studi tentang struktur seismik (gempa).  Salah satu hasil karyanya adalah buku CUR Seri Beton 3: Desain Struktur Rangka Beton Bertulang di Daerah Rawan Gempa, yang disusun bersama Ir. Gideon Hadi Kusuma, M.Eng. Para mahasiswa Teknik Sipil tentu paham seberapa bermanfaatnya seri CUR ini, bukan?

Rekam jejaknya di dunia teknik sipil begitu cemerlang. Hingga saat ini pun, Takim masih terlibat di PT. Gistama Intisemesta, perusahaan konsultan perencana struktur di Jakarta. Namun, satu pernyataan mengejutkan datang darinya.

Takim tengah memberikan pembekalan bagi para pendidik
(sumber: dok. pribadi)

“Saya mencurahkan lebih dari 50% waktu saya untuk melayani di bidang pendidikan.” 

Seorang insinyur sipil yang punya hati dan panggilan untuk pendidikan Indonesia, itulah sosok Takim Andriono. “Tanpa guru dan dosen yang pernah memperlengkapi kita, kita tidak akan seperti sekarang,” jelasnya. Ia mengaku, dosen-dosennya dahulu di UK Petra sangat menginspirasinya. “Walau saat itu fasilitasnya serba minim, mereka sangat berjasa dalam membuat saya kerasan di UK Petra,” ungkapnya. Ia menyebutkan banyak nama dosen muda kala itu — yang sebagian besar adalah alumni UK Petra — telah memberikan banyak teladan lewat semangat pengabdian mereka memajukan prodi. 

Sejak 1999, saat masih menjadi Pembantu Rektor Bidang I, Takim memulai pelayanan pendidikan lewat Yayasan Pendidikan Visi dan Misi (YPVM) dengan beberapa pebisnis dan akademisi. Tahun 2013, lahir Yayasan TRAMPIL Indonesia (YTI). Kedua yayasan yang dipimpin Takim ini menarget dua pihak berbeda. YPVM melayani pemimpin institusi pendidikan dan YTI melayani para guru. Lewat School Leadership Development Program (SLDP), YPVM memperlengkapi para kepala sekolah dan calon kepala sekolah dengan leadership dan school management skills. SLDP sudah menjangkau hingga ke luar Jawa, seperti Papua dan Berau, Kalimantan Utara. Berbeda dengan YTI yang fokus memberikan pelatihan kompetensi kepada guru-guru. 

Takim bersama rekan-rekan berfoto bersama dalam rangka ulang tahun YPVM ke-20
(sumber: dok. pribadi)

Jauh sebelum COVID-19 melanda, YPVM dan YTI sudah mengaplikasikan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Pembelajaran berbasis TIK ini dilakukan untuk menjangkau daerah-daerah yang jauh dari kota besar. Dari pelayanan ini, Takim bersama YPVM dan YTI terbeban untuk mewujudkan pendidikan berkualitas bagi generasi penerus bangsa, sekalipun mereka tinggal jauh di pelosok Nusantara. Caranya? Melalui pemimpin sekolah dan guru yang diperlengkapi. 

Bahagia itu, ketika ada lulusan berhasil memajukan sekolah mereka menjadi lebih baik. 

Saya paling senang ketika mendapat kabar tentang kiprah lulusan yang berhasil mendapatkan tanggung jawab yang lebih besar. Misalnya, dari wakil kepala sekolah menjadi kepala sekolah, dari kepala sekolah menjadi direktur pelaksana. Juga terobosan inovatif yang mereka lakukan bagi pengembangan sekolah, demi anak didik mereka,” kisah Takim. Ia bercerita, para peserta program yang dilayani YPVM dan YTI memberikan umpan balik yang positif. Namun yang terpenting, para guru mengalami perubahan paradigma dan semakin baik dalam komitmen dan kompetensi.  

Takim berpesan, seorang anak muda jangan pernah berhenti belajar. Jangan bersandar pada pengertian sendiri. Bergantung kepada Tuhan, Sang sumber hikmat dan pengetahuan. Jadi orang yang berinovasi tanpa henti, bagi terwujudnya transformasi diri dan masyarakat. “Life is short, make sure you have a meaningful one. Soli Deo Gloria,” tutup sang insinyur sipil, yang punya hati untuk pendidikan di Indonesia.**(den)

“Saya merasa sebagai seorang yang sangat dikasihi Tuhan, dan untuk itu saya bersyukur. Pelayanan saya di dunia pendidikan adalah karena panggilan, sekaligus ungkapan rasa syukur tersebut.” – Takim Andriono
 

Artikel ini didukung oleh Prof. Benjamin Lumantarna.