Elang Itu Sedang Mengasah untuk Kembali

Posted on Oct 28, 2021
Ervan Christiawan

 

Tahukah kamu bahwa dahulu ada mahasiswa yang lebih sering berada di kampus daripada di rumah nya saat menjadi mahasiswa di UK Petra? Alumni SMU Kr. Petra 1 ini bersyukur bahwa jerih payah nya berbuah manis ketika UKP menawarkan jalur prestasi dengan beasiswa 90% untuk melanjutkan pendidikan nya ke jurusan Teknik Mesin, kesempatan emas ini ia ambil dan alhasil ia mendapat NRP: 24497001, rasa syukur nya ini dilanjutkan dengan menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin di tahun 1999/2000, dan setelah itu ia mendapat dukungan dan mandat dari para Ketua HIMA dan UKM lainnya untuk menjadi Ketua Badan Persiapan Usaha-usaha Pembentukan Lembaga Kemahasiswaan UK Petra (BPUPLK-UKP) di tahun 2000/2001. Kolaborasi besar ini berhasil melahirkan struktur organisasi kemahasiswaan yang baru dan masih berjalan sampai saat ini, struktur organisasi kemahasiswaan yang baru ini diterjemahkan ke dalam buku Ketentuan Umum Keluarga Besar Mahasiswa UK Petra (KUKBM-UKP). Pengalaman selama menjadi ketua BPUPLK merupakan pengalaman yang tak terlupakan, katanya. Mereka merasakan sebuah ikatan persahabatan dan persaudaraan yang sangat kuat, manis pahit mereka jalani dengan tawa dan canda di tengah kegalauan mereka untuk mewujudkan suatu “common interest” yang lahir dari keinginan terdalam mahasiswa/i UKP saat itu. Berorganisasi tidak membuatnya lupa akan tanggung jawabnya sebagai seorang mahasiswa, Ervan tercatat sebagai salah satu dari dua lulusan pertama di angkatannya, lulus dengan predikat aktif berprestasi. Sepertinya berorganisasi sudah menjadi nafas dan jati dirinya, selepas berkuliah ia tetap aktif terlibat dalam berbagai organisasi seperti Kadin Indonesia sebagai Wakil ketua bidang di Lembaga Strategi Ketahanan Ekonomi periode 2015-2020, di Entrepreneur Organization Accelerator sebagai Coach, Champion dan President Indonesia East selama periode 2019/2021 dan menjadi salah satu anggota Advisory Board Fakultas Teknologi Industri UKP. Ia terus menyuarakan pentingnya peran universitas dalam menyiapkan mahasiswa dengan pengetahuan dan kompetensi yang tepat sesuai dengan tantangan jaman, agar investasi yang dikeluarkan oleh mahasiswa/i dan orang tuanya dapat membuahkan hasil yang optimal dan berkelanjutan. Ia percaya dan menaruh harapan besar pada Almamaternya, bahwa UK Petra akan senantiasa mencetak lulusan yang berwawasan global, kompeten dan peduli atas masalah-masalah sosial masyarakat. Nasib bangsa ini tergantung pada budaya dan lingkungan yang menciptakan pemimpin masa depan.

Dengan bernostalgia Ervan bercerita keseruan perjuangan-perjuangannya di masa kuliah dulu, Dr. Gan Shu San dengan kelas Matematika IV nya beserta rumus-rumusnya yang maha banyak, membuat mahasiswa tidak mau saling contek dalam ujian karena tidak ada yang percaya dengan kemampuan kawan-kawannya sendiri, dan pengalaman berharga lainnya bersama Dr. Ekadewi, Dr. Juliana Anggono, Profesor Willyanto, Dr. Didik Wahyudi dan Ibu Amelia Sugondo.  Ia berkali-kali berpesan kepada para mahasiswa UK Petra untuk selalu “aktif di dalam organisasi kemahasiswaan” karena disanalah wadah untuk membentuk budaya dan karakter kepemimpinan, diawali dengan kemauan untuk menerima perbedaaan, belajar mencari permasalahan yang sebenarnya, sharing value dalam komunikasi pemecahan masalah, membangun konsensus dan mengaktualisasi diri melalui kolaborasi yang mengabungkan independensi dan interdependensi secara bersamaan di dalam suatu “super teamwork”. Kemampuan-kemampuan inilah yang harus dimiliki mahasiswa/i pasca lulus dari UK Petra dalam menghadapi persaingan global yang semakin intense, perkembangan geopolitik dunia saat ini menunjukkan bahwa pusat pertumbuhan ekonomi dunia telah bergeser ke asia pasifik, selain itu global pandemic covid-19 telah menambah kompleksitas pembangunan nasional, pandemi ini telah menciptakan ketergantungan akan ketersediaan vaksin dan mengakselarasi adopsi dan pengembangan teknologi IOT, Virtual, AI dan lain-lain nya menuju new normal yang serba “Tele dan Virtual”. 

Sebagaimana petualangannya di dunia organisasi, Ervan juga telah berpetualang di dalam dunia karirnya baik di perusahaan lokal maupun internasional. Lebih dari lima posisi pimpinan tinggi di berbagai perusahaan dijalaninya dengan totalitas yang membuahkan hasil besar bagi perusahaan tempat dia berkarir. Pengalaman dan impian nya membawa dia memutuskan untuk membangun usahanya sendiri bersama seorang kawan. Pada tahun 2019, ia mendapat tawaran dari teman-teman pengusaha di Surabaya untuk bergabung ke dalam yayasan Surabaya Peduli Bangsa, hal ini menginspirasi nya untuk melakukan sesuatu bagi bangsa dan negara ini.

Semua capaian hidupnya tidak membuat ia surut dalam mencari ilmu baru. Dia terinspirasi oleh kisah perjalanan hidup elang. Burung elang jika ingin berumur panjang, ada perjuangan menyakitkan yang harus dilaluinya. Saat berusia 40 tahun, cakarnya mulai menua dan paruhnya yang tajam itu menjadi panjang dan bengkok sampai akhirnya patah. Tak hanya itu saja, dia akan kesulitan terbang karena bulunya yang lebat dan tebal. Di usia 40 tahun, elang dihadapkan pada dua pilihan: menunggu kematian atau melalui proses transformasi selama 150 hari. Jika ia memilih bertransformasi, maka elang itu harus berusaha dengan keras terbang dengan ke puncak gunung, di sana ia akan membuat sarang di tepi jurang dan memulai proses transformasinya, Ia akan mencabuti bulunya sendiri dan mematahkan cakar serta paruhnya demi mendapatkan “kesempatan hidup kedua”. Dengan cara itu, dia bisa mendapatkan bulu, cakar, dan paruh yang baru dan setelah proses menyakitkan itu selesai, sang elang siap menjalani kehidupan 30 tahun berikutnya. Setelah hampir 18 tahun meninggalkan bangku perkuliahan, Ervan kembali melanjutkan petualangannya dalam menambah ilmu pengetahuannya, dia mengambil executive education di Harvard Business School, Boston di tahun 2019 dan London Business School, London di tahun 2020, selain itu juga telah menyelesaikan APAC Regional Leadership academy di Auckland, New Zealand pada tahun 2019.

Ervan Christawan terpilih dalam mini case competition selama mengikuti executive education di Harvard Business School
Ervan Christawan berswafoto dengan salah satu Profesor favorit nya: Lynda Applegate, Professor senior di Harvard Business School, Boston.

 

Rupanya sang petualang, tidak merasa cukup dengan apa yang sudah dimiliki dan dilakukannya. Dalam wawancara tersingkap visi seorang Ervan. Dia berharap suatu saat nanti ia dapat berguna bagi bangsa dan negara ini, “Membangun kesejahteraan dan keadilan sosial adalah tugas seluruh rakyat Indonesia, meminjam quote dari sahabat seperjuangan nya ia mengatakan “jangan sampai terang di atas namun gelap dibawah”. Kemudian pada tahun 2021, setelah melalui proses yang panjang akhirnya Ervan diterima menjadi salah satu peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXII di Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI). Lembaga ini berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden RI,  yang bertugas mencetak kader dan memantapkan pimpinan tingkat nasional, lembaga ini merupakan lembaga kawah candradimuka kader dan pimpinan nasional yang menghasilkan pejuang dan pemikir strategis nasional sesuai dengan geopolitik dan budaya bangsa dalam rangka menjaga kemerdekaan, kedaulatan dan martabat bangsa, sesuai dengan cita-cita Bung Karno, Proklamator Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Baginya Indonesia memiliki banyak sekali potensi terpendam baik  karena posisi geografisnya yang strategis, sumber kekayaan alamnya yang melimpah, maupun bonus demografi nya yang akan berlangsung sampai tahun 2045. “Indonesia harus membalik kondisi dengan menjadikan dunia sebagai pasar dari industri nya melalui pengaturan regulasi dan peraturan perundang-undangan yang mendukung pembangunan infrastruktur, kompetensi dan daya saing bangsa, dan berhenti menjadi negara pengekspor bahan baku strategis nasional, ujarnya. Pembangunan sumber daya manusia seperti yang telah di cetuskan oleh Ki Hajar Dewantara, adalah melalui pendidikan yang memerdekakan manusia Indonesia agar tercipta kehidupan masyarakat yang aman dan sejahtera sesuai dengan tujuan dan cita-cita kemerdekaan. Dia menyayangkan bahwa dengan potensi yang begitu besar, bangsa Indonesia belum dapat membangun daya saing nya dengan optimal karena kita masih terbuai dengan keberhasilan semu dan lengah dalam membangun wibawa bangsa dan negara yang seutuhnya. 

Ervan Christawan (pojok kanan) berfoto bersama Senat PPRA LXII dan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional RI, Bapak Letnan Jenderal TNI (Purn) Agus Widjojo.

 

Bagai elang, Ervan sedang mengasah dirinya, menantikan hadirnya kolaborasi besar dalam membangun bangsa Indonesia yang berdaulat dan berwibawa. (*M)

 

Penulis: Meilinda

Editor: Ervan Christawan