Finding Treasure in Your Field

Posted on Jan 18, 2022

Ketika masih kanak-kanak, kita sering membaca kisah-kisah petualangan mencari harta karun di hutan belantara. Langit kadang terang dan kadang gelap. Para petualang sering tersesat di antara pohon-pohon yang tinggi, hingga akhirnya menemukan jalan setapak dengan lampu yang terang menuju harta karun itu. Hari-hari semasa kuliah rasanya mirip dengan perjalanan para petualang tersebut. Belajar di kelas kadang terasa membosankan, tetapi kadang juga terasa sangat seru dan menggugah rasa penasaran.

Jangankan harta karun, menemukan jalan setapak berlampu terang yang menuju ke harta karun itu saja rasanya sudah sulit. Kata-kata seperti susah atau bosan rasanya tak lagi asing bagi kita para mahasiswa. Bram Juliar Didi, SE., Ak., M.Ak., CA, salah satu petualang dari Prodi Akuntansi UK Petra juga pernah mengalaminya. Petualangannya di Prodi Akuntansi UK Petra diakhiri dengan IPK 2.3. “Selama di Prodi Akuntansi, saya melakukan hal yang sama seperti mahasiswa pada umumnya. Berangkat, kuliah, pulang. Tetapi, beda hasil. Mereka hasilnya IPK bagus semua, saya satu koma. Bahkan, ketika lulus itu 2.3. Bukan bisa dibilang kecil lagi, malah kecil sekali,” cerita Bram sambil terkekeh. Alasannya sederhana. Ia belum berhasil menemukan titik terang, alias “seru”-nya belajar akuntansi selama kuliah. “Akuntansi itu sebenarnya akan kerja seperti apa? Gak pernah tahu,” tambahnya. 

Lulus dengan IPK kecil tidak membuat Bram berhenti bertualang. Ia melanjutkan ke studi profesi Akuntan (Ak.) sampai akhirnya menemukan jalan setapak dengan lampu yang terang itu — alasan yang membuatnya doyan mendalami Akuntansi. “Ketika mengambil kuliah profesi, baru saya menemukan titik terang, asyiknya akuntansi itu di mana, yaitu ketika akuntansi dikombinasikan dengan financial. Wah… itu bagus banget. Setelah menemukan itu, baru IPK bisa cumlaude,” kisah pria kelahiran Tegal ini. Ia mendirikan perusahaan konsultannya sendiri, Duo Dinamika Management Consultant, pun berdasar pada titik terang yang ditemukannya itu. “Mulai dari bidang konsultan manajemen, audit, tax, hingga IT dan HRD. Itu semua asyik, saya sudah ketemu titik terangnya,” tutur Bram. Kuncinya hanya satu: melihat realita. Menurut alumnus angkatan 1998 ini, tahu realita di lapangan akan membuat teori jauh lebih menarik. “Cari titik terangnya, gabungkan sama teori yang kita dapat di kelas. Trial, cari solusi sendiri. Lama-lama, dalam sebuah mata kuliah, kita nggak akan pernah bilang, ah, cuma teori. Karena kita tahu cerita aslinya. Itu pasti asyik,” tuturnya yakin.

Bram tidak pernah menyesali IPKnya dulu. “Kita bisa pelajari apa yang jadi kesalahan kita. Dalam hidup itu ada 2 jenis stok, stok kegagalan dan stok keberhasilan. Mana yang dikeluarkan dulu? Pasti stok kegagalan dulu, buangin semua,” ujarnya. Bahkan sebelum ia lulus dari UK Petra, Bram sudah “menyicil” dalam membuang stok kegagalannya. Sambil kuliah, ia bekerja memberi les bagi siswa sekolah untuk membantu finansial keluarganya. Meski saat itu belum lulus S1, Bram ingin menggunakan ilmu akuntansinya. Ia pun sempat bekerja di bidang internal accounting sebuah perusahaan, namun hanya bertahan satu bulan karena terbentur waktu dan kesibukan lainnya. Sempat pula menjadi perantara valas selama 1.5 tahun, namun berhenti karena merasa pekerjaan ini bukan untuknya. Ia lantas melamar ke bagian internal accounting/auditor di tiga perusahaan — semuanya ditolak. Kecewa? Jelas. “Gagal boleh, sakit hati? Nggak boleh,” tandasnya. Bagi pria kelahiran 1978 ini, gagal punya penyebab, dan pasti punya solusi. Karir Bram baru mulai stabil ketika ada satu perusahaan yang menerimanya di bidang accounting, dan ia bekerja di sana selama empat tahun sambil melanjutkan studi profesi dan magister sebelum akhirnya mendirikan Duo Dinamika Consultant Management. 

Kurang lebih 19 tahun di dunia consultant management & accounting bagaikan sebuah harta karun. Bagi Bram, yang terpenting, ia bahagia dengan pekerjaannya. Namun di sisi lain, realita dunia pekerjaan memang kadang bengkok. “Misalnya, banyak pengusaha yang masih cheating,” kisahnya. Tetapi berkuliah di UK Petra membuat Bram dibentuk secara rohani dan terbawa hingga ia bekerja sekarang. “Waktu bekerja, kita masih bawa karakter Kristus. Bekerja juga harus ada trust. (Sewaktu) orang lain percaya pada kita, pekerjaan akan semakin berkembang. Itu yang dibentuk di UK Petra, kepercayaan. Trust itu mahal, ‘lho,” jelas Bram. 

Finding the treasure. 

Mencari harta karun di bidang ilmu yang tengah didalami mungkin bukan hal yang mudah. Mungkin hari-hari ini, menjalani kuliah rasanya seperti tersesat. Tetapi menurut Bram, jangan sampai berhenti di tengah jalan dan kehilangan momentum. “Zaman sekarang, mencari akuntan yang kompeten itu susah. Kita (para akuntan) itu mahal. Adik-adik mahasiswa jangan sampai jenuh dan meninggalkan akuntansi,” tutupnya.*

 

Ditulis oleh: Denalyn T. Istianto