From Building the Foundation to Becoming a Founder

Posted on Jul 09, 2020

“Berkarier di bidang desain itu tidak glamorous seperti yang dipikirkan banyak orang. Perjalanan karier seorang profesional itu seperti lari maraton. Jauh dan perlu stamina.” – Kezia Karin

Banyak orang beranggapan, kehidupan seorang desainer interior erat kaitannya dengan kemewahan, keelokan, dan keanggunan. Tetapi, tahukah Petranesian bahwa dalam meraih segala hal yang baik, dibutuhkan fondasi yang sangat kuat serta perjuangan yang keras? Hal inilah yang ditekuni oleh Kezia Karin dalam menjalani kariernya. Alumnus Prodi Desain Interior UK Petra angkatan 2001 ini merupakan pendiri KEZIAKARIN Studio, salah satu interior design house di Indonesia. Hingga saat ini, KEZIAKARIN Studio telah mengembangkan sayapnya dari Asia hingga Amerika.

Beberapa proyek yang dikerjakan KEZIAKARIN Studio terdiri dari berbagai tipe seperti ekshibisi, perkantoran, hospitality, artwork and installation design, serta residential (hunian). Beberapa contoh proyek ekshibisi seperti Cattelan 2019 di Jakarta; perkantoran seperti kantor Corpus di Surabaya dan Equity di Jakarta; hospitalityseperti Hotel Vasa di Surabaya, Holland Park di Batu, Padma Hotel di Bandung; artwork and installation designseperti pada Tom Dixon-Lucent Reverie di Jakarta; dan residental seperti di Graha Family Surabaya, Anandamaya di Jakarta, hingga Louis Vuitton-Exotic Leather: The Secret Sanctuary di Jakarta.

Vasa Hotel Surabaya adalah salah satu karya KEZIAKARIN Studio
(sumber: dok. pribadi)

“KEZIAKARIN Studio sudah (berdiri selama) 12 tahun,” kata wanita kelahiran Yogyakarta tahun 1983 ini. Sebelum mendirikan studionya, Kezia Karin mengawali dua tahun kariernya sebagai freelance interior designer. Kemudian, wanita yang hobi bermain piano ini memutuskan untuk mendirikan studio dengan tim beranggotakan awalnya dari satu orang hingga saat ini sekitar 20 orang. 

Salah satu karya KEZIAKARIN Studio yang terletak di luar Surabaya, Golden Tulip Holland Resort Batu 
(sumber: dok. pribadi)

Sebagai seorang desainer interior, salah satu mata kuliah yang bermanfaat bagi Kezia Karin adalah Desain Dasar. Dalam mata kuliah Desain Dasar, seluruh mahasiswa desain interior melatih kepekaannya dalam membuat komposisi dengan berbagai elemen dan prinsip desain. Elemen desain yang digunakan berupa titik, garis, bidang, bentuk, serta massa. Prinsip desain meliputi keseimbangan (simetris, asimetris, radial), irama, repetisi, dan sebagainya. Bagi Kezia Karin, hal bersifat dasar inilah yang sangat penting. “Percuma bisa desain yang kekinian kalau basic dan fundamental tidak kuat. Desainnya mungkin keren, tetapi tidak berkonsep dan tidak menciptakan solusi bagi masalah yang ada,” katanya. Ibarat fondasi pada gedung, semakin kuat dasarnya, maka semakin tinggi gedung tersebut dapat berdiri.

Dalam membangun sebuah fondasi juga diperlukan kegigihan serta ketekunan. “Hal-hal lain yang diperlukan di pekerjaan, saya pelajari (secara) mandiri,” ujarnya. Setelah lulus kuliah, wanita penyuka pilates ini mengaku, ada beberapa hal mengenai desain interior yang masih asing baginya. Dia pun memutuskan untuk mempelajarinya sendiri. “Kalau berharap dua hingga tiga tahun langsung bisa sukses, jadi bos, dan kaya, lebih baik jangan jadi desainer interior,” katanya disambung tawa. Dia melanjutkan, “Nggak akan bisa. Bekerja (sebagai) desainer pasti banyak kerja lembur atau overtime. Terkadang bisa sampai pagi.”

Louis Vuitton – Exotic Leather: The Secret Sanctuary
(sumber: dok. pribadi)

Bagaikan ungkapan “tuntutlah ilmu hingga ke negeri China”, Kezia Karin tidak mudah merasa puas. Wanita penggemar olahraga renang ini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi saat mendalami profesinya sebagai desainer interior. Rasa ingin tahu tersebut tidak menghambatnya untuk melangkah dalam meraih tujuan hidupnya. Bagi wanita penyuka travelling ini, semua hal bisa dilakukan jika berusaha. “Be persistent in working towards your goal. Always put extra effort,” ujarnya mengajak Petranesian untuk gigih meraih mimpi dan selalu memberikan usaha yang lebih. 

Usaha inilah yang menjadi penentu sejauh mana seorang pelari maraton dapat bertahan. Kezia Karin mengatakan bahwa hidup dipenuhi dengan masalah dan rintangan. Itulah mengapa seseorang harus memiliki karakter yang baik. Beruntung, hal yang dapat dibanggakan dari UK Petra adalah basis moral Kristianinya. “At least, peraturan di UK Petra masih berlandaskan nilai-nilai Kekristenan,” katanya.

Bukan hanya usaha mencapai sebuah mimpi yang dianggap penting, namun juga karakter dalam mencapai mimpi. Tenaga pendidik, seperti dosen, juga memberikan kontribusi yang besar dalam membentuk karakter mahasiswa. Bagi Kezia Karin, Alm. Ir. Kartono J. Lukito adalah sosok dosen yang sangat menginspirasinya saat kuliah. Beliau merupakan pembimbing tugas akhirnya yang mampu memberi penjabaran dengan sangat jelas dan pragmatis.

Sebagai figur wanita karier yang sukses, Kezia Karin mengatakan, ketika ingin berhasil dalam pekerjaan, harus ada usaha mandiri dan kemampuan mengambil keputusan hidup sejak muda. Jika segala sesuatu masih bertanya dan bergantung pada orang tua, serta orangtua terlalu ikut campur dalam perjalanan karier, maka karier akan sulit berkembang. “Saya beruntung orang tua selalu mendukung setiap keputusan (yang saya ambil, red.) sejak saya masih sangat muda,” tambahnya. Pekerjaan seorang desainer juga membutuhkan mental yang kuat karena banyaknya permasalahan yang akan dihadapi. “Kalau terkena masalah di kantor saja langsung baper (bawa perasaan), takut, putus asa, mau resign, ya lebih baik jangan bekerja,” ujarnya. Baginya, tidak ada lingkungan pekerjaan yang diciptakan sesuai dengan kepribadian dan keinginan masing-masing orang. “Kitalah yang harus belajar menjadi adaptif untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat,” tutupnya.**(Keren Remaliah Karsa)