Menerobos Kegagalan Demi Masa Depan

Posted on Jul 22, 2020

Pemimpin lahir dari keputusan seseorang untuk terus berkembang dan menghadapi kegagalan. Meskipun harus menerima realita tidak dapat naik kelas di kelas 2 SMA karena nilai dan semangat belajar yang “pas-pasan”, ternyata disitulah titik balik dalam hidupnya. Christian Helmy Windiarto, S.E., BBA, alumnus Program Manajemen Perhotelan angkatan 2000 membagikan kisahnya dalam memiliki cita-cita serta keyakinan baru, hingga berada di posisi impian banyak adik tingkatnya di Program Manajemen Perhotelan.

Helmy dan rekan-rekan berpose bersama dalam rangka proyek cafe Program Manajemen Perhotelan
(sumber: dok. pribadi)

Sejak bersekolah, pria dengan sapaan akrab Helmy ini tertarik dengan bahasa Inggris. Orang tuanya menyarankan untuk menempuh pendidikan Sastra Inggris atau Manajemen Perhotelan. Namun karena merasa lebih suka bertemu banyak orang daripada working behind desk, dipilihlah Manajemen Perhotelan. Tidak ingin mengulang kesalahan yang sama, selama kuliah Helmy menerapkan standar yang tinggi untuk mencapai tujuan dari setiap usahanya. “Istilahnya itu aim high. Selalu punya target setinggi mungkin, sehingga kalau gagal masih bisa survive. Tapi kalau targetnya pas-pasan lalu gagal, ya gagal,” terangnya. 

Helmy dan kawan-kawan seangkatan saat wisuda (Program Manajemen Perhotelan angkatan 2000)
(sumber: dok. pribadi)

Bagi pria kelahiran 28 November 1980 ini, proses yang ia jalani selama menjadi mahasiswa di UK Petra memberinya skill dan cara berpikir untuk menyelesaikan masalah di dunia kerja. “Cara berpikir dalam menyelesaikan masalah dan melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang. Itulah yang saya pelajari selama kuliah di UK Petra dan bermanfaat di dunia kerja,” jelasnya. 

Banyak proses di UK Petra yang dapat melatih mental dan karakter mahasiswa agar mampu menghadapi hal-hal yang tidak direncanakan, baik technical skills, soft skills, serta persistensi dalam menggapai impian dan tujuan. Salah satu cara yang dipilih Helmy adalah mengikuti double degree di negeri kincir angin, Belanda. Di sana, ia memperluas sudut pandangnya dengan belajar banyak dari pekerjaan-pekerjaan yang menurutnya sepele, namun nyatanya memperkaya pengalaman dan keterampilannya.

Seperti halnya jalan kehidupan yang tak pernah mulus, Helmy pun menghadapi kesulitan setelah lulus. Ia sudah melamar pekerjaan di berbagai hotel, banyak sekali, namun tidak satupun meneleponnya. Nyalinya menciut, sehingga Helmy sempat berpikir untuk menjadi tukang poles mobil saja. Bersyukur, akhirnya ia menerima panggilan dari salah satu hotel yang memberikan jabatan sesuai dengan bidangnya.

Helmy (tengah) di tempat kerjanya saat ini, Holiday Inn Jakarta
(sumber: dok. pribadi)

Kini, Helmy berkarir sebagai General Manager di Holiday Inn, Jakarta. Sudah tiga bulan lebih ia belajar menjadi pemimpin dari sebuah hotel besar dengan inventori sebanyak 243 kamar, serta menjadi fasilitator bagi seluruh karyawan di semua level jabatan di unit hotel. Pekerjaannya juga melingkupi pengelolaan operasional harian hotel, perencanaan, pelaksanaan, pengoordinasian, pengawasan, dan analisis semua aktivitas bisnis di hotel. Semua ini bisa Helmy raih sebagai hasil dari tekadnya untuk menghadapi kegagalan baik dari masa SMA nya hingga saat di bangku kuliah, juga kegigihannya dalam mengerjakan semua dengan kesabaran.

Helmy (tengah) di Holiday Inn, Jakarta
(sumber: dok. pribadi)

Melalui pengalaman hidup ini, Helmy berpesan pada mahasiswa UK Petra yang sedang berkuliah, terutama adik-adiknya di Program Manajemen Perhotelan agar dapat berpikir lebih panjang dan menghindari segala sesuatu yang instan. Tentu saja sesuatu yang instan tidak akan bertahan lama. Para mahasiswa harus percaya pada proses, meskipun tidak mudah dan panjang, karena setiap proses selalu memiliki hikmah. Helmy juga mengajak agar para calon alumni mendatang untuk tidak berkecil hati jika mendapatkan pekerjaan yang tidak mereka harapkan, karena itu pun adalah bagian dari proses.**(Geraldy)

Artikel ini didukung oleh Prof. Benjamin Lumantarna