Menjadi Akuntan Profesional Tidak Hanya Butuh Ilmu

Posted on Jul 09, 2020

Kesiapan seseorang terjun ke dalam dunia kerja tidak semata-mata dinilai dari keberhasilannya menuntaskan studi dalam perkuliahan. Lebih dari itu, soft skill adalah hal yang tak kalah penting dan berguna dalam dunia kerja. Kalimat inilah yang menggambarkan secuplik pengalaman seorang akuntan profesional dalam menjalani karirnya. Selama delapan tahun bekerja di Kantor Akuntan Deloitte Jakarta, Alexander Tansil SE, CA, CPA, DiplIFR menyadari, kemampuan teknis hanya berkontribusi sekitar 20%, sementara 80% sisanya adalah soft skill yang menentukan keberhasilan seseorang di dunia kerja.

Alexander bersama rekan-rekan pada Deloitte Indonesia Financial Service Industry Gathering 2020 
(sumber: dok. pribadi)

Lahir di Makassar, 29 Juni 1981, Alexander merupakan alumnus Program Akuntansi UK Petra angkatan 2000 (saat itu, Program Akuntansi masih belum terbagi seperti saat ini, red.). Sewaktu menjadi mahasiswa, Alexander terkesan dengan program perkuliahan yang berkualitas didukung dengan dosen-dosen yang ahli dalam bidangnya. “Meskipun dulu Prodi Akuntansi masih seumur jagung (kurang dari 10 tahun, red.), namun telah mendapat Akreditasi A,” ujarnya. Baginya, program perkuliahan yang dimiliki UK Petra sangat bagus. Hal ini terbukti dari kemampuan alumni Prodi Akuntansi UK Petra yang dapat berkompetisi dengan alumni universitas negeri dan swasta lainnya yang secara umur dan pengalaman jauh lebih matang.

Selain kualitas program perkuliahannya, pria yang gemar traveling ini juga terkesan dengan luasnya jalinan relasi yang didapatnya selama berkuliah. Alexander mengaku masih menjalin relasi dengan teman-teman kuliah serta dosen-dosen hingga saat ini. Tak ayal, relasi merupakan salah satu kunci keberhasilan seseorang, seperti yang dinyatakan Thomas J. Stanley dalam bukunya “Millionaire Mind”. Melalui relasi, seseorang dapat memperkaya ide dan mendapat inspirasi dari lingkungannya saat bekerja.

Farewell lunch bersama Deloittle Hong Kong Assurance Team
(sumber: dok. pribadi)

Saat bekerja, Alexander menggunakan berbagai hal yang dia dapatkan selama menempuh studi di UK Petra. Selain ilmu, Alexander juga mendapatkan kesempatan aktualisasi diri, seperti menjadi asisten dosen dan terlibat dalam kegiatan kepanitiaan. “Tanpa disadari, hal tersebut membentuk saya menjadi pribadi yang siap terjun di dunia kerja,” imbuhnya. Dengan memiliki bekal tersebut, Alexander menjadi lebih percaya diri dalam public speaking yang harus dimiliki seorang akuntan profesional.

Selama bekerja di Kantor Akuntan Deloitte tepatnya di service line Assurance Advisory Service, sehari-harinya Alexander memberikan advice dan jasa konsultasi terkait dengan implementasi Standar Akuntansi PSAK – IFRS (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan – International Financial Reporting Standards). Pemberian jasa konsultasi tersebut ditujukan untuk berbagai entitas di Indonesia baik publik maupun private.

Pada 2017, pria yang melanjutkan studi Pendidikan Profesi Akuntan (PPAk) ini juga sempat menjalani mobility program selama satu tahun di Deloitte Hong Kong. Di sana, Alexander bergabung dalam service line yang sama dengan fokus klien perusahaan asuransi multinasional. Dalam mobility program ini, Alexander mempersiapkan kliennya untuk implementasi IFRS 17. IFRS 17 merupakan standar akuntansi keuangan yang disepakati secara internasional menggantikan IFRS 4 yang sudah ada sejak 2004.

Deloitte Hong Kong Year End Gathering 2017
(sumber: dok. pribadi)

Alexander juga menjalani leadership program untuk persiapan regenerasi partnership role di Deloitte Indonesia. Selain bekerja di Deloitte Indonesia, Alexander menjalani seleksi dan terpilih sebagai salah satu anggota Tim Implementasi SAK (Standar Akuntansi Keuangan) IAI (Ikatan Akuntan Indonesia), atau dikenal dengan singkatan TISAK IAI periode 2020-2023. Sebagai salah satu anggota TISAK IAI, Alexander mengemban tugas untuk meningkatkan sosialisasi dan implementasi SAK, serta konvergensi IFRS di Indonesia.

Dalam menjalani karirnya sebagai seorang akuntan profesional, Alexander mengatakan bahwa nilai-nilai kekristenan yang cukup mengakar kuat di UK Petra menjadi pegangan baginya. Selain itu, di balik kesuksesannya, Alexander juga terinspirasi dari berbagai dosen yang berjasa membagikan ilmunya. Salah satunya adalah Dr. Yulius Jogi Christiawan, S.E., M.Si., Ak. yang merupakan dosen mata kuliah Pengantar Akuntansi, Akuntansi Keuangan, Teori Akuntansi, dan Praktik Audit. “Ilmu yang saya dapat dari beliau menjadi bekal bagi saya menjalani karir sebagai akuntan profesional khususnya di bidang implementasi PSAK/IFRS,” tambahnya.

Sebagai akuntan profesional, Alexander berpesan agar mahasiswa tidak hanya fokus dengan kegiatan perkuliahan, namun juga memperkaya diri dengan mengikuti kegiatan-kegiatan di luar perkuliahan seperti organisasi kemahasiswaan dan kepanitiaan. Ketika terjun ke dunia kerja, Alexander menyadari, soft skill adalah faktor mayoritas penentu keberhasilan. Ilmu saja tidak cukup. Soft skill yang harus dimiliki seperti kemampuan komunikasi, menyampaikan ide, serta beradaptasi dengan perubahan dan situasi yang mungkin unfavorable. Di dalam dunia kerja, tekanan dan ujian akan sering dihadapi. Oleh karena itu, seseorang harus memiliki sifat gigih dan tekun, mampu menjaga integritas, persistence dalam mengejar passion, serta selalu memiliki pertimbangan yang bersifat long term.**(Keren Remaliah Karsa)