Mutiara Dibalik Proses Kehidupan

Posted on Feb 02, 2020

Semua berawal dari minat.

Ketertarikannya akan dunia tarik suara serta dorongan dari orang-orang terdekat berhasil mengantarkannya ke atas panggung The Voice Indonesia musim ketiga. Seluruh babak berhasil dilaluinya, mulai dari blind auditionhingga keluar sebagai runner-up. Perkenalkan, Rambu Piras, S.T., yang kini berhasil menjadi seorang penyanyi.

Rambu Piras, S.T., runner-up The Voice Indonesia 2019

Wanita kelahiran Kupang, 1 Januari ini adalah alumnus Program Studi Teknik Industri UK Petra angkatan 2000. Lulusan teknik, pernah bekerja di salah satu bank swasta di Surabaya, dan sekarang menjadi penyanyi. Dilihat dari tiga hal tersebut, sepertinya tidak nyambung, ‘ya? Tapi percayalah, semua proses yang ia telah jalani yang membentuk dirinya hingga saat ini.

 

“Apa yang terjadi di dunia kuliah, juga terjadi di dunia kerja.”

Banyaknya tugas dan kerja kelompok di Teknik Industri bukanlah kumpulan kenangan pahit. Namun, hal-hal tersebut sangat membantu meniti karir wanita yang akrab disapa Dini ini. “Tiap kali kerja kelompok itu timnya selalu berbeda, dan itu membantu. Di dunia kerja, kita selalu bertemu dengan orang-orang yang berbeda, dengan karakter yang berbeda. Pengambilan keputusan harus dilakukan dengan cepat, tapi untuk kepentingan bersama,” terangnya.
Keikutsertaannya dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara juga menjadi suatu pengalaman berharga. Proses memilih UKM dianggap setingkat dengan mencari pekerjaan. “Minat itu kita pilih sendiri. Begitu pula cari kerja. Konsekuensi apapun, ‘ya kita yang terima.” Dalam UKM Paduan Suara, Dini belajar mengenai teamwork. Menyanyi harus padu, tidak bisa kalau mau show off sendiri. Realita di dunia kerja juga sama. Caranya bisa berbeda-beda, namun harus bersatu padu dan berjalan bersama ke tujuan yang jelas.
Hal yang sangat dibanggakan oleh Dini adalah fakta di mana UK Petra mendidik dan melatih integritas mahasiswa. Mereka dilatih untuk melakukan semuanya dengan baik walaupun tidak dilihat oleh orang lain. Integritas itu pula yang dipertanggungjawabkan, khususnya kepada Tuhan yang Maha Esa.
 

“Pengalamannya. Lingkungannya. Prosesnya. Semuanya berkesan.”


Ini bukan pernyataan diplomatis. Bagi Dini, semua yang ada di UK Petra benar-benar berkesan dan membantunya. Diterima sebagai mahasiswa dengan Beasiswa Kawasan Timur Indonesia (KTI) tidak membuat Dini menjadi “anak emas”. Ketika ia masuk UK Petra, ia diterima apa adanya. Tidak ada seorang pun yang membedakan dirinya dengan mahasiswa-mahasiswa lain. 
Bahkan ketika menjalani skripsi, Dini memiliki pengalaman yang berkesan. Sejak ujian proposal, ia diputuskan untuk mengerjakan skripsi bersama dengan temannya. Dari Senin sampai Jumat, jam delapan pagi hingga lima sore, mereka berdua melakukan penelitian di sebuah perusahaan yang mendistribusikan kaleng ke perusahaan Cat Avian. Mereka begitu percaya diri karena telah menjalani penelitian selama dua bulan, sehingga benar-benar tahu persis apa yang terjadi di perusahaan tersebut. 

Semuanya terlihat lumayan lancar hingga  sidang, mereka menemukan bahwa jumlah latar belakang yang mereka tulis di kertas dan di file presentasi berbeda. Sidang yang hanya berjalan selama 10-15 menit itu diisi dengan kemarahan sang dosen penguji yang meminta penjelasan. Mengapa bisa ada kelebihan 1 latar belakang di dalam file presentasi yang mereka buat? Dari sana ia belajar, ia harus menjadi orang yang teliti, setia pada perkara-perkara kecil, dan tidak menjadi sombong. Ketika manusia terlalu berbangga diri, di situlah titik lengahnya.
Skripsi selalu menjadi hal yang paling menegangkan bagi mahasiswa semester akhir. Skripsi seakan-akan menjadi perjuangan hidup dan mati mahasiswa, karena itulah yang menentukan kelulusan mereka dari universitas. Oleh karena itu, Dini yang sudah melewati babak tersebut 15 tahun silam, memberikan beberapa tips: 

1.) Jangan khawatir. Lakukan semuanya dengan penuh tanggung jawab. 

2.) Dua bulan pertama adalah bulan-bulan krusial. Kerjakan dengan rajin, jangan setengah-setengah. Jangan juga dianggap remeh.

3.) Kerjakan semuanya sendiri, karena kalian sendiri yang harus menghadapi dosen penguji.

4.) Selama mengerjakan, harus bisa senang dan menikmati setiap prosesnya. Karena kalau dilakukan dengan hati yang gembira, hasil akhirnya pasti akan lebih baik.

Meskipun tips-tips ini diberikan untuk menyemangati para mahasiswa yang sedang “bertempur” menghadapi skripsi, tips ini juga bisa dipakai untuk segala kalangan, ‘kok. Jalanilah semua proses perkuliahan dengan gembira. Juga, ingat! “Segala sesuatu yang dari hati, pasti akan kena ke hati.”

Dini yang kini sudah berprofesi full-time sebagai seorang penyanyi, harus beradaptasi dengan jadwal yang tidak pasti.

“Sekarang sudah seperti wirausaha.”

Selepas dari dunia perkuliahan, sama seperti para lulusan lain, Dini sibuk menyebarkan Curriculum Vitae (CV) ke berbagai lapangan pekerjaan. Alhasil, ia diterima di sebuah bank swasta di Surabaya. Meski bukan berasal dari jurusan manajemen, Dini memiliki prinsip hanya 20-25% teori yang dipelajari saat kuliah bisa diaplikasikan di dunia kerja. Sisanya bergantung pada kreativitas dalam menyelesaikannya. Dini juga tidak melupakan minatnya di dunia tarik suara. Dia ikut pelayanan di gereja dan merambah menjadi wedding singer.


Terhitung September 2019, Dini sudah menjadi penyanyi full-time. Kesehariannya pun berubah 180 derajat. Ketika masih bekerja di perbankan, jam kerjanya jelas dari 8 pagi hingga kurang lebih 5 sore. Namun, ia harus segera beradaptasi ketika ia harus menjalani sebuah profesi yang jam kerjanya lebih bervariasi. Ini adalah sebuah tantangan bagi Dini. Dia harus bisa merencanakan apa yang akan dia lakukan selanjutnya. “Saya sempat stress, ‘lho. Kayak ada aja kekhawatiran. Kalau dulu kerja kantoran sudah jelas dan sudah tahu harus ngapain. Sekarang mau ngapain, yang tahu saya dan tim.” Saat ini, Dini sukses mengeluarkan single perdananya yang berjudul “Keajaiban Biasa”.**(Ivania Tanoko)