Sosok di Balik Visual Iklan Baliho

Posted on May 10, 2022

Pernah melihat baliho-baliho raksasa nan kreatif ketika sedang berkendara atau berjalan kaki? Di balik gambar iklan yang seringkali mengandung makna tersembunyi itu, ada sebuah profesi yang berjasa besar menciptakan karya visual yang menarik tersebut, yaitu Digital Imaging Artist atau disingkat DI Artist. Salah seorang alumnus Prodi Desain Komunikasi Visual (DKV) UK Petra angkatan 2002 telah berkutat dalam profesi tersebut selama 13 tahun.

Adrianka, S.Ds. namanya. Pria kelahiran Malang 36 tahun silam tersebut memang menyukai foto dan gambar sejak dulu. Mengetahui hal itu, orang tua Anka (panggilan akrab Adrianka) mendaftarkan anaknya tersebut ke Prodi DKV UKP. Meski awalnya tidak punya niatan untuk menduduki bangku perkuliahan, Anka tetap mengikuti arahan orang tua. Alhasil, Anka jatuh cinta dengan prodi ini, apalagi dengan mata kuliah fotografi dan penjurusan advertising. Selain karena sudah menguasai bidang fotografi sebelumnya, dia juga menikmati saat-saat menyenangkan ketika bisa berdiskusi mengenai ide bersama dosen dan teman-teman yang imajinatif. Istilah kerennya yang pasti familiar di telinga para mahasiswa DKV adalah tongkrongan “pante”. Di area kantin Gedung P yang tidak beratap, anak-anak DKV berkumpul dengan dosen mereka sembari berdiskusi santai tentang karya. Meski diserang terik matahari, guyuran hujan, dan terpaan angin, diskusi tetap berjalan. Tak hanya itu, pria yang hobi bersepeda ini juga berkesempatan menjadi panitia sebuah kegiatan yang besar, yaitu Kriyasana Mahasiswa Desain Grafis Indonesia (KMDGI) 06. Selama 5 hari berturut-turut (14-18 Maret 2005), Prodi DKV UKP menjadi tuan rumah pertemuan forum mahasiswa desain grafis dan desain komunikasi visual se-Indonesia yang diadakan setiap 2 tahun sekali tersebut.

Pertemuan pertamanya dengan profesi DI Artist terjadi antara tahun 2006-2007. Saat itu, Prodi DKV sedang mengadakan kunjungan kampus ke Jakarta. Anka menjadi salah satu panitianya. Di antara beberapa tempat yang dikunjungi, Anka tertarik dengan The Loop Indonesia. Perusahaan itu menampilkan proses editing foto iklan sabun Lux yang dikerjakan oleh DI Artist. Hasil before & after yang ditunjukkan benar-benar membuatnya kagum. Langsung saja ia menanyakan perihal magang di sana. Ibarat jodoh, setahun kemudian Anka diterima magang di The Loop Indonesia. Selama 8 bulan magang, ia serius belajar dan mendalami profesi ini.

Setelah itu, hidup Anka tak pernah jauh dari DI Artist. Selepas kuliah, Anka kembali ke Jakarta dan bekerja sebagai freelancer di The Loop Indonesia selama 2 tahun. Namun, ia memiliki keinginan lain di dalam hati. Ia ingin bekerja dengan banyak orang sehingga bisa menyelesaikan lebih banyak pekerjaan. Atas dasar itu, lahirlah TandaSeru Detailed Imaging tahun 2010 di Jakarta. Walaupun tidak mempunyai kenalan yang memiliki ketertarikan maupun visi dan misi yang sama saat mendirikan TandaSeru, Anka tetap kukuh menjalankannya karena ia tahu bahwa profesi DI Artist ini sangat dihargai di Jakarta. Secara keseluruhan, TandaSeru termasuk perusahaan yang stabil. Hanya saja, beberapa tenaga kerja keluar masuk terlalu cepat, sehingga perlu banyak perubahan yang dilakukan sesuai kondisi yang ada. Saat ini, TandaSeru mempunyai total 7 DI Artist, termasuk Anka. Kondisi pandemi juga memberikan sedikit goncangan. Selama 2 bulan, tidak ada pekerjaan yang masuk bagi TandaSeru sehingga para tenaga kerja hanya bertahan dengan piutang yang belum dibayar. Sekarang Anka dan kawan-kawannya menerapkan WFH (Work from Home) dan hanya melakukan rapat internal sebulan sekali di kantor.

Karya Adrianka terbaru untuk Jeep

 

Bekerja sebagai DI Artist itu gampang susah karena harus berurusan dengan kemauan client. Menurut Anka, hal paling menyenangkan adalah, “Ketika kerjaan ‘ga ada revisi! Langsung bungkus. Kedua, client yang sama balik lagi ke kita untuk kesekian kalinya.” Tapi, tantangan yang berat pun banyak. Hasil harus bagus meski deadline yang diberikan mepet. Mental harus siap bila diremehkan, bahkan di-blacklist oleh client! Kisah itu bermula ketika seorang client diarahkan ke Anka oleh advertising agency. Selama proses, ternyata sang client suka memberikan briefing yang berubah-ubah sehingga revisi pun tidak kunjung selesai. Anka akhirnya bertindak tegas dengan memprotes client tersebut, tapi si client malah melaporkannya pada pihak advertising agency sehingga Anka di-blacklist dari client tersebut. 5 tahun kemudian, Anka baru bisa menerima permintaan dari client itu lagi. Kerjasama itupun terjalin kembali karena kebetulan ada pergantian posisi di pihak internal client. Kalau misal tidak ada pergantian posisi internal client saat itu, bisa saja Anka masuk di daftar blacklist seumur hidup! 

 Oleh karena itu, setiap orang yang memilih DI Artist sebagai profesinya harus punya sikap serta keahlian yang mumpuni. “Kalau di commercial, nomor 1 attitude. Bagaimana sikap dan respon kita menghadapi masalah atau kendala ketika menghadapi client. Bagaimana caranya menjaga emosi sehingga kerjaan tidak terganggu oleh permasalahan yang ada dan hasilnya tetap bagus,” terang Anka. Hal penting lainnya yang harus dimiliki adalah keahlian yang berkarakter. Hal ini sangat esensial bagi para DI Artist agar siapapun yang melihat karya tersebut di jalan akan tahu itu hasil kerja siapa. Tanpa karakter yang khas atau unik, para DI Artist tidak akan mudah diingat. Selain itu, bagi Anka, pelajaran dasar dan pengenalan dunia kerja yang ia terima saat berkuliah di UKP bisa dipakai di dunia kerja. “Tipsnya, diimbangin (diseimbangkan, red.) belajar teknik dan bisnis, dan banyak belajar dari pengalaman orang yang lebih kompeten di bidangnya,” ujar Anka.

Karya Adrianka terbaru untuk McDonald's 

 

Berbicara soal client, TandaSeru sering menerima request editing gambar, iklan, atau layout dari beberapa perusahaan ternama. Beberapa di antaranya adalah Honda Motor Company, Wings Group, Kao, Pocari Sweat, dan Wardah. Pekerjaan terbaru Anka adalah mengedit iklan milik McDonald’s dan Jeep. Semua pekerjaan itu bisa dijadikan baliho-baliho raksasa karena ukuran file yang digunakan adalah 300 dpi (dots per inch) sehingga gambar tidak pecah ketika dibesarkan. Nantinya, hasil pekerjaan akan diserahkan melalui e-mail berupa softcopy ke advertising agency. Untuk lama pekerjaannya sendiri tergantung dari tingkat kesulitan tiap projek. Hasil karya Anka dan teman-teman lainnya juga bisa dilihat di website resmi TandaSeru https://tanda-seru.com/work.**Ivania Tanoko