Terbang Tinggi, Namun Tak Lupa Pulang

Posted on Feb 19, 2020

Sudah jadi rahasia umum kalau para praktisi, professionals, hingga researchers jebolan UK Petra pasti membawa dampak di manapun ia berada. Entah menjadi sosok inspiratif, servant leaders, dan masih banyak dampak positif lainnya. Bahkan ketika waktu di UK Petra telah usai dan mereka melanjutkan studi atau karir di berbagai belahan dunia, sosok-sosok ini tidak lupa akan rumah yang membentuk pribadi mereka. Begitu pula dengan Associate Professor Riza Yosia Sunindijo, PhD., S.T., M.T., M.Eng., MAIB, ICIOB. Despite all the events happened out there, ia tak pernah lupa untuk pulang. 

Sejak berkuliah di UK Petra, Riza menimba ilmu sebanyak mungkin. Sempat bekerja selama setahun di Benjamin Gideon & Associates, alumnus Prodi Teknik Sipil angkatan 1997 ini kemudian melanjutkan ke jenjang magister Teknik Sipil, masih di UK Petra. Ia mengambil program dual degree, membuatnya mendapatkan gelar Magister Teknik dan Master of Engineering secara bersamaan dari UK Petra dan Asian Institute of Technology, Thailand. Usai lulus, pria asal Makassar ini mulai meniti karir di luar negeri. Mulai dari contract administrator, site engineer, project engineer, sampai sustainability champion dilakukannya bersama Bovis Lend Lease di Thailand. Tangga karirnya terus menanjak, dan ia pindah ke perusahaan real estate terbesar kedua di dunia, Jones Lang LaSalle sebagai senior project manager.
 

Dapat tawaran beasiswa, kemudian menggeluti dunia pendidikan. Tak hanya jadi akademisi, tapi juga researcher andal. 

Karyanya di bidang akademik dimulai ketika ia ditawari beasiswa S3 oleh  TheUniversity of New South Wales(UNSW), Australia. Biaya hidup dan kuliah seluruhnya ditanggung oleh UNSW. “Kurang lebih 2 bulan sebelum lulus S3, saya mendapat 2 tawaran bekerja sebagai dosen di Canberra dan di UNSW. Setelah banyak berdoa dan fellowship dengan saudara-saudara di Sydney, saya memutuskan untuk menerima tawaran kerja dari Faculty of Built Environment (FBE) UNSW,” kisahnya. Kini, Riza adalah seorang Associate Professor di bidang konstruksi dan juga Director of Post-graduate Research. “Saya bertanggung jawab mengalokasikan beasiswa, mengatur dan mendukung semua mahasiswa riset di FBE agar dapat menyelesaikan studi tepat waktu,” jelas pria kelahiran 28 Juni 1979 ini. 

Karirnya di bidang pendidikan bisa dibilang sangat cemerlang. Selama di FBE UNSW, Riza memperoleh banyak pencapaian membanggakan di bidang riset. Ia mendapatkan dana riset dan mengajar sebesar 5.5 milyar rupiah. Tak hanya dana, ia juga mendapatkan 2 penghargaan paper terbaik dari konferensi internasional, 3 research awards, hingga Built Environment Award for Teaching Excellence. Bahkan, Riza mendapatkan satu penghargaan bergengsi di bidang teaching excellence dunia konstruksi, yaitu Australian Institute of Building (AIB) F. E. Crowle Award for Teaching Excellence. Sebuah prestise yang membanggakan, ya! 

Associate Professor Riza Yosia Sunindijo, PhD., S.T., M.T., M.Eng., MAIB, ICIOB (paling kiri)
(sumber: dokumentasi pribadi)

ICST membawanya kembali pulang ke UK Petra.

Terbang demikian tinggi dalam karirnya tak membuatnya lupa rumah. Bagi mahasiswa Prodi Teknik Sipil UK Petra saat ini, tentu kegiatan International Construction Study Trip (ICST) sudah sangat familiar. ICST bahkan sudah beberapa kali diliput di media nasional. Tahukah Anda bahwa Riza adalah orang di balik berjalannya fusion antara UK Petra dan UNSW ini? Riza mengakui, relasi baiknya dengan dosen-dosen UK Petra hingga saat ini sangat menolongnya di dunia akademik, termasuk salah satunya dalam realisasi ICST. Riza sudah membawa lebih dari 60 mahasiswanya dari UNSW ke UK Petra. Tak hanya belajar di bidang teknik sipil seperti melakukan site visits dan lectures, tapi mahasiswa UNSW juga belajar budaya Indonesia. Batik, main permainan tradisional, tari tradisional, dan masih banyak lagi. Tentunya, juga bergaul dan mendapatkan teman-teman baru dari Indonesia! 

Salah satu rangkaian kegiatan ICST 2020 
(sumber: dokumentasi panitia)
Mahasiswa UNSW belajar budaya Nusantara di ICST 2020
(sumber: dokumentasi panitia)

Bagi Riza, UK Petra tetap tempatnya bertemu orang-orang luar biasa. Sebutlah dosen-dosennya yang keren. “Prof. Benjamin, desainer struktur dari banyak bangunan tinggi di Surabaya. Juga Bu Ratna yang passionate dan punya banyak pengalaman di bidang konstruksi,” kisahnya. Begitu pula dengan sobat-sobatnya di masa kuliah. Seperti anak muda biasa, chilling out bersama sebelum dan setelah kelas, main sepakbola, makan-makan, menginap. “Saya juga masih ingat waktu buat tugas beton, baja, dan skripsi dengan mahasiswa lain,” kenangnya. Hingga sekarang pun, persahabatannya dengan sobat-sobat semasa kuliah masih terjalin baik. Sekadar trivia, tugas baja, beton, dan skripsi di Prodi Teknik Sipil hingga saat ini dikerjakan dalam tim berisi dua orang. Susah senang bersama, tentunya sangat memupuk persahabatan dan kerjasama!

Masa-masa kuliah memang tak terlupakan. Mari kita sudahi bernostalgia, dan kembali ke masa kini. Saat ini, Riza yang sudah menetap di Australia, tetap menyuarakan rasa kagum akan almamater tercintanya, UK Petra. Terutama, ia terkesan dengan gedung terbaru kita, Gedung Q. “Saya juga terkesan dengan Gedung Q yang mengintegrasikan banyak sustainability features di desainnya. Ini contoh kepedulian UK Petra terhadap lingkungan dan masa depan,” jelasnya. 

Menutup kisahnya, Riza punya punya beberapa tips untuk kita yang masih duduk di bangku perkuliahan. “Belajar untuk menjalin hubungan dengan banyak orang. Networking dengan orang-orang yang tepat sangat penting untuk membangun karir di segala bidang. Melebarkan wawasan supaya bisa melihat banyak kesempatan untuk berkembang. Finally, allowing Christ to make His home in our hearts, so we can spontaneously express Him in whatever we do.” 

Bagaikan burung layang-layang yang meski telah terbang jauh, tak pernah lupa jalan pulang dan rumahnya. Selulus kita nanti dari UK Petra, jangan lupa rumah ‘ya, teman-teman mahasiswa!**(den)