The Road to Success: Under Construction
“Nothing is instant. Instant rice takes five minutes, instant pudding an hour,” kata penulis John Green lewat bukunya Looking for Alaska. Tidak ada yang instan di dunia ini. Mi instan pun perlu dimasak setidaknya tiga menit sebelum siap disantap. Kalau hal sesederhana mi instan saja butuh waktu, apalagi kesuksesan?
Bila berbicara tentang mencapai kesuksesan, Tung Anggoro, S.T., S.H., M.Sc. rasanya paling tahu manis pahit prosesnya. Direktur dan owner TYCON Contractor and Property Consultant ini memulai segalanya dari bawah, membangun jalannya dengan usaha dan kerja keras.
Sulit untuknya menyukai bidang studinya, apalagi tatkala berjuang sendirian.
Hari-hari pertamanya di Prodi Teknik Sipil UK Petra bisa dibilang suram. Kuliah teknik sipil ini belajar apa, kelak jadi apa? Tung kehilangan arah. Ia kesulitan membawa diri menyukai teknik sipil, dan akhirnya berdampak pada prestasi akademiknya. “Semester awal teman-teman dapat IPK tinggi, saya di bawah 2.5,” cerita Tung. Tanpa bimbingan maupun arahan dari siapapun, Tung berusaha menemukan jalannya sendiri. Mulai semester tiga, Tung mulai berkunjung ke perpustakaan beberapa kali seminggu untuk membaca majalah konstruksi. “Dulu belum ada mbah Google, ya,” candanya, berkisah tentang perjuangannya mengakrabkan diri dengan dunia teknik sipil. Ia juga berkeliling di area perumahan di Kertajaya, membiarkan rumah-rumah indah tersebut menjadi inspirasi untuknya.
Perlahan, rasa sukanya terhadap dunia konstruksi mulai tumbuh, dan ia mulai beradaptasi dalam studinya. “Seperti kata pepatah, tidak ada kata terlambat,” ujarnya. Perjuangan Tung berbuah manis. Ia berhasil lulus tepat waktu dengan IPK yang cukup. Tak hanya itu, Tuhan membuka jalan baginya mengambil magister Structural Engineering di Illinois Institute of Technology, Amerika Serikat.
Kembali ke Indonesia, kembali ke permulaan.
Berawal dari studi lanjut di IIT tahun 1999, Tung merintis karirnya di Amerika Serikat. Ia terlibat proyek-proyek besar, seperti pembangunan Navy Pier, sebuah pusat hiburan terintegrasi di Chicago, juga mega proyek rekonstruksi Wacker Drive — jalan layang berusia lebih dari 100 tahun yang menghubungkan pusat-pusat bisnis di Chicago — yang bernilai triliunan rupiah.
Namun karena satu dan lain hal, Tung memutuskan kembali ke Indonesia. Di sinilah titik awal perjuangan Tung merintis karir di dunia konstruksi Indonesia. “Saya ingin langsung terjun ke dunia konstruksi (di Indonesia, red.), namun memulainya tidak mudah,” kisahnya. Tak seorangpun di keluarganya bergerak di bidang konstruksi, sehingga ia tidak memiliki kenalan supplier ataupun calon klien. Pengalaman kerja di salah satu perusahaan konsultan terbesar di dunia ternyata tidak mempermudah jalannya. Portofolio Tung berlatar belakang luar negeri, sedangkan kontraktor dengan portofolio lokal lebih dipercaya. “Saya sudah mencoba untuk menjadi kontraktor, tapi tidak ada yang percaya dan mau dibangunkan (rumah/gedungnya, red.), meski saya lulusan master dan punya pengalaman di Amerika,” kisahnya. Menurut alumnus Prodi Teknik Sipil UK Petra angkatan 1992 ini, dunia kontraktor memang butuh kepercayaan klien. “Untuk memulai, perlu ada orang yang percaya, karena menyangkut uang besar. Perlu ada portofolio,” tambahnya. “Sudah cukup bekerja di perusahaan orang lain di Amerika. Apapun akan saya jalani asalkan bekerja sendiri. Bekerja di bidang apapun saya siap, asalkan halal dan sesuai kehendak-Nya.” Ia pun mencoba bisnis lain, mulai dari kuliner, properti/brokerage, hingga percetakan.
“Sungguh, Tuhan yang membuka jalan.”
Satu saat, ada salah satu saudara ipar Tung berniat membangun kantor. Ia pun memberanikan diri menawarkan untuk membantu mengawasi pembangunannya dengan sistem komisi. Dari sana, satu dua teman mulai meminta Tung untuk menjadi kontraktor proyek mereka. “Saya jalani dengan sukacita dan tidak profit oriented. Setiap proyek saya anggap seperti rumah saya sendiri,” tuturnya. Awal-awal menjadi kontraktor di Indonesia, Tung hanya menggunakan garasi rumahnya sendiri sebagai kantor. Tanpa rekan kerja, ia melakukan pembelian, bertemu pemilik proyek, hingga turun ke lapangan. Berbekal hanya satu mobil GranMax untuk mengangkut material, Tung mengerjakannya dengan bersyukur. Untung yang didapatkan mungkin kecil dibanding usaha dan kerja keras yang dilakukannya, namun menurutnya, proses yang dijalani lebih penting.
Hasil memang takkan mengkhianati kerja keras. Namun yang terutama, Tuhan yang menolong.
Bermula tahun 2004 Tung mendirikan TYCON, karya Tuhan dalam perjalanan karirnya semakin nyata. Perlahan, TYCON terus berkembang. Dari sistem komisi menjadi sistem borongan, dari satu proyek setahun menjadi beberapa proyek setahun. Skala proyek yang ditangani pun makin besar, mulai dari proyek residensial hingga komersial seperti ruko, hotel, dan showroom. Berawal dari kontraktor, saat ini Tung bersama TYCON bisa membuat “paket lengkap” mulai perencanaan arsitektur, struktur, hingga interior. Tak berhenti di sana, Tung melebarkan sayap ke ranah developer (membeli lahan, membangun rumah/ruko kemudian dijual kembali, red.) dan properti.
“The road to success is always under construction,” demikian kata aktris Lily Tomlin. Jalan menuju kesuksesan bukan jalan tol yang lurus nan mulus. Tung sudah menjalaninya, sejak kuliah di UK Petra, bekerja di Amerika, hingga memulai kembali dari nol di Indonesia. Yang terpenting, lewat jalan yang dibukakan Tuhan untuk profesi dan karirnya, Tung bisa menjadi berkat bagi sekelilingnya. “Seek first the kingdom of God and all these things shall be added to you. Be a channel of blessing to all the people around you,” tutupnya.**(den)
Latest News
Penjelasan Tentang Poin Alumni
Office of Institutional Advancement
Biro Administrasi Kemahasiswaan & Alumni
Sentra Innovasi & Kewirausahaan