Vivienne Jiang: Fotografer yang Mudah Bosan

Posted on Jan 30, 2020

“Lulusan Sastra Inggris kok jadi fotografer? Nyambungnya di mana?”

Eits, tolong ditahan dulu judgment-nya sebelum kenalan dengan Vivienne Jiang. Yup, perempuan bernama asli Oktavia Hidayat ini awalnya memilih jurusan Sastra Inggris karena “gampang”. Tapi kenyataannya?

“Susah,” jawab Vivienne atau biasa dipanggil Vivi ini sambil tertawa. “Selama kuliah dituntut untuk terus menggali ide, jadi cara berpikirnya pun berubah sedikit demi sedikit. Lebih luas dan lebih terbuka. Nggak hanya melihat dari satu sudut pandang saja.”

Semasa kuliah, Vivi yang merupakan mahasiswi angkatan 2006 ini tidak hanya belajar di kelas-kelas akademis. Ia menjadi salah satu official Petra Little Theatre (PLT), laboratorium tempat belajar teater di bawah English for Creative Industry, program di bawah jurusan Sastra Inggris. Di PLT, tuntutannya lain lagi. Ia harus belajar bekerjasama dengan orang-orang yang sama dalam satu proyek selama satu semester. Saat harus melakukan directing atau menjadi sutradara, Vivi harus mengambil keputusan di awal yang harus dijalankan sampai selesai apa pun yang terjadi. Mirip dengan dunia kerja yang sesungguhnya kan?

“PLT itu tempat aku belajar jadi tangguh,” kata Vivi saat menceritakan pengalamannya berteater di situ. “Kalau tiba-tiba aktornya terasa nggak cocok, tapi karena sudah diputuskan ya cari cara gimana supaya bisa tetap kerja bareng dan tujuan yang sudah diputuskan di awal tercapai.”

Vivienne Jiang, lulusan Sastra Inggris UK Petra yang berhasil jadi fotografer handal

Di luar kuliah dan PLT, Vivi juga hobi fotografi. Ia pernah iseng-iseng menawarkan pada temannya yang baru punya bayi untuk memotret bayinya itu. Meski banyak yang memuji, ia belum berpikir untuk menjadikannya sebagai bisnis. Padahal waktu itu di tahun 2010, bisnis baby photography belum ada di Surabaya.

Selepas lulus, perempuan kelahiran Surabaya ini sempat mencoba berkarier di JW Marriott sebagai Guest Relation Officer selama 6 bulan. Vivi harus belajar mengenakan make-up dan pakai sepatu tinggi saat sedang bertugas. Waktu itu meski gaji sudah termasuk tinggi (di atas UMR) untuk entry-level staff sepertinya, ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaan tersebut dan mencoba belajar bahasa di Beijing selama 6 bulan berikutnya.

Merasa gagal total belajar di sana, akhirnya Vivi kembali ke Surabaya dan menikah. Setelah menikah inilah, perempuan kelahiran 1988 ini memutuskan untuk menekuni kembali hobi fotografinya secara lebih serius melalui bisnis profesional: baby photography. Bisnis ini berkembang hingga ia punya studio sendiri untuk itu. Ia pun mulai menerima anak magang dari jurusan DKV.

“Aku orangnya bosanan, makanya aku selalu mencari hal yang baru,” katanya. Makanya, dari baby photography, Vivi lantas merambah baby family photography. Tahun 2016, ia juga mulai menerima klien untuk pre-wedding. Namun, mulai tahun 2018, Vivi fokus pada beauty photography.

Setidaknya ada 3 jenis ‘genre’ fotografi yang ditekuni oleh Vivi: Family Baby Maternity Photography, Beauty Photography, dan Pre-Wedding Photography. Salah satu cara yang Vivienne lakukan untuk mendapatkan klien adalah bekerjasama dengan selebgram atau artis-artis terkenal untuk mendapatkan endorsement dari mereka. Jonathan Frizzy adalah klien artis pertama Vivi. Setelah itu, beberapa kali ia diundang ke Jakarta untuk memotret artis-artis dan figur nasional untuk project-project mereka, di saat kebanyakan fotografer-fotografer Surabaya enggan mengambil pekerjaan di luar kota. Hasil foto yang bagus disertai dengan profesionalitas tinggi, membuat banyak klien-kliennya lantas merekomendasikan Vivienne Photography ke rekan-rekan sesama artis. Pasti kenal banget dengan nama-nama seperti Baim “The Dance Company”, Artika Sari Devi, Richard Kyle, Jessica Iskandar, Yoshi Sudarso, dan Pakde Karwo? Mereka semua pernah menjadi klien Vivienne Jiang. Tapi menurut Vivi, merupakan prestasi tersendiri saat ia diberi kesempatan untuk memotret memotret Pierre Png, salah satu aktor film yang berperan sebagai Michael Teo di Crazy Rich Asians, penerima penghargaan Best Comedy di SAG Awards tahun 2019.

Lewat perjalanan kariernya, Vivi belajar bahwa manajemen waktu yang baik, kedisiplinan diri dan rasa bosan akan membuahkan hasil yang maksimal dan ide-ide baru. Ia melihat anak-anak magangnya yang rata-rata masih mahasiswa itu kurang punya attitude yang baik. Vivi bahkan pernah memberhentikan anak magangnya karena perilakunya. Menurutnya, selagi menjadi mahasiswa dan punya kesempatan untuk magang, mereka harus belajar beradaptasi dan sadar posisi. Bayangkan saja, sudah merasa di atas rata-rata, tapi diminta menangani proyek yang sulit sedikit tidak mau.

Beberapa hasil jepretan Vivienne yang diunggah ke akun Instagramnya, @jiangvivienne

“Mereka perlu tahu bahwa ketika masih belajar, jangan membatasi diri,” tutur Vivi ketika ia berbicara tentang perilaku mahasiswa-mahasiswa sekarang. “Dunia kerja ini banyak pesaing. Baik sebagai karyawan di suatu perusahaan atau pun kelak memiliki bisnis sendiri, akan selalu banyak orang lain yang berusaha lebih keras dari kita. Kalau kita malas-malasan dan tidak berusaha keras juga, bagaimana kita bisa bersaing dengan mereka?”

Kembali ke pertanyaan “Lulusan Sastra Inggris kok jadi fotografer? Nyambungnya di mana?” Belajar di jurusan Sastra Inggris yang menuntut untuk terus berkreasi lewat ide dan membuka banyak pandangan, ditambah pengalaman teamwork dengan berbagai orang dari berbagai latar belakang di PLT menjadikan Vivi sebagai pribadi yang tangguh, disiplin dan berpikiran luas. Sesuatu yang sangat membantunya menghadapi klien-kliennya yang dari berbagai latar belakang.**(Jessie Monika)